Pikiran yang kacau adalah musuh terbesar
Kehidupan ini adalah
masalah atau cobaan yang tidak pernah habis, dan kita tidak akan pernah bisa
menyelesaikan masalah kecuali kita bisa mengidentifikasikan masalah atau
mungkin musuh-musuh yang sulit di lihat yang menjadi biang masalah kita.
Musuh biasanya sulit di
tebak, selalu menyamar dan berpura-pura menjadi teman, jadi kita butuh
kejelasan. kita harus belajar untuk mengidentifikasikan musuh-musuh kita,
temukan mereka (musuh) bagaimanapun caranya, jika kita telah menemukan mereka,
dalam hati kita harus menyatakan perang terhadap mereka.
sebagai biang masalah
yang menghalangi kita, sebagai masalah dan mewakili apa yang kita benci, jangan
naif terhadap mereka tentu tidak ada jalan tengah, habisi semua musuh/masalah
kita tanpa ampun.
Cerita motivasi
Pada abad ke 4 sebelum masehi Cyrus saudara raja Xerxes dari persia merekrut prajurut yunani untuk membunuh saudaranya raja Xerxes tanpa di ketahui oleh prajurit bayaran yunani. Bangsa yunani terkenal sebagai bangsa pejuang dan sudah lama bermusuhan dengan bangsa persia. Mengetahui sudah di perdaya oleh Cyrus, prajurit yunani menjadi kacau dan berdebat, namun Cyrus menawarkan uang yang lebih banyak dan itu membungkam mereka.
Pada awal pertempuran Cyrus tewas dan membuat perang segera berakhir, posisi prajurit bayaran yunani menjadi sangat berbahaya karna berperang di pihak yang salah dalam perang saudara. Mereka jauh dari rumah dan dikepung oleh pasukan persia, akan tetapi raja Xerxes tidak menaru dendam terhadap mereka dan mengutus seorang duta untuk memberi mereka persedian pulang dan bahkan mengawal mereka kembali ke yunani.
Para pejabat setuju dengan rencana yang di sampaikan Xenofon, bersemanngat untuk mengambil tindakan, para prajurit yunani memilih pemimpin, termasuk Xenofon sebagai salah satunya. Perjalan pulang mereka membutuhkan waktu beberapa tahun, namun hampir semua prajurit yunani berhasil pulang ke yunani hidup-hidup. Pasukan Cyrus dan Xerxes bertempur di lapangan luas Cunaxa di dekat kota Babel.
Beberapa hari setelah mereka memulai perjalanan pulang ke yunanai, mereka di liputi ketakutan akan persediaan makan yang tidak cukup dan rute yang di ambil oleh duta persia yang mengawal mereka terasa bermasalah. Komandan prajurit bayaran yunani mengungkapkan keprihatinan para prajuritnya kepada duta persia yang mengawal mereka. Sang duta menangapi dengan simpatik. Keesokan harinya, komandan prajurit bayaran yunani membawa kapten-kapten ke pertemuan di lokasi netral yang sudah di tentukan, pasukan persia sudah mengepung dan menahan mereka. Mereka semua di bunuh dengan dipancung pada hari itu juga.
Seorang pria berhasil melarikan diri dan memberi tahu tentang penghianatan bangsa persia. Pada malam harinya banyak prajurit yunani saling berdebat dan menuduh, sebagian lain ambruk karna mabuk dan ada yang berniat untuk melarikan diri namun dengan tewasnya pemimpin mereka, mereka merasa dunia sudah berakhir.
Xenofon, seorang filsuf dan sejaeawan yang ikut dalam rombongan prajurit yunani berpikiran bahwa kematian menunggu prajurit yunani, namun para prajurit yunani hanya mengeluh, putus asa dan saling berdebat. Dalam benak mereka bertempur demi uang dan bukan untuk maksut atau perjuangan tertentu, mereka tersesat tidak mampu membedakan kawan atau lawan. Mereka tidak tau jika hambatan terbesar yang mereka miliki bukan jarak, sungai, gunung atau pasukan persia, hambatan terbesar yang mereka miliki adalah kondisa pikiran yang kacau. Xenofon mengetahui filosofi dan cara manusia berpikir, ia meyakini seandainya prajurit yunani fokus pada musuh yang ingin membunuh mereka, seandainya mereka fokus dengan penghianatan kejam bangsa perisa, mereka akan marah dan amarah mereka menjadi motivasi untuk mereka, mereka tidak boleh lagi menjadi prajurit bayaran yunani yang bingung, mereka harus kembali menjadi bangsa yunani.
Pada akhir cerita Xenofon mengadakan pertemuan dengan semua pejabat yang selamat dan menyatakan rencananya: Menyatakan perang terhadap bangsa persia tanpa kompromi tawar-menawar atau berdebat. Kita tidak akan buang-buang waktu untuk berdebat dan saling menuduh di antara kita. Kita akan membakar kereta kita, hidup dari hasil alam dan bergerak lebih cepat. Kita tidak akan meletakan senjata atau melupakan bahaya di sekeliling kita, Kita atau mereka yang mati. Kita harus di kuasa dengan satu ide tungal: pulang hidup-hidup.
Kutipan dari buku "The 33 Strategies of war" oleh Robert Greene
0 comments: